Budaya sekolah
adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang
menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk
stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta
asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang
diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai
perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang
sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru,
staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.
Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya pengembangan
budaya sekolah, diantaranya : (1) menjamin kualitas kerja yang lebih baik; (2)
membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi
vertikal maupun horisontal; (3) lebih terbuka dan transparan; (4) menciptakan
kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi; (4) meningkatkan solidaritas
dan rasa kekeluargaan; (5) jika menemukan kesalahan akan segera dapat
diperbaiki; dan (6) dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK.
Selain beberapa manfaat di atas, manfaat lain bagi individu (pribadi) dan
kelompok adalah : (1) meningkatkan kepuasan kerja; (2) pergaulan lebih
akrab; (3) disiplin meningkat; (4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan; (5)
muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif; (6) belajar dan
berprestasi terus serta; dan (7) selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah,
keluarga, orang lain dan diri sendiri.
Upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada
beberapa prinsip berikut ini.
1. Berfokus
pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah. Pengembangan
budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi dan tujuan sekolah.
Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan budaya
sekolah. Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan
program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.
2. Penciptaan
Komunikasi Formal dan Informal. Komunikasi
merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan
pesan-pesan pentingnya budaya sekolah. Komunikasi informal sama pentingnya
dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu
digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
3. Inovatif dan
Bersedia Mengambil Resiko. Salah satu dimensi budaya organisasi adalah
inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah
menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu.
Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil
sikap dan keputusan dalam waktu cepat.
4. Memiliki
Strategi yang Jelas. Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi
dan program. Startegi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program
menyangkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program
merupakan dua hal yang selalu berkaitan.
5. Berorientasi
Kinerja. Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran
yang sedapat mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah
pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah.
6. Sistem
Evaluasi yang Jelas. Untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu
dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan jangka
panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal:
kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang
harus dilakukan.
7. Memiliki
Komitmen yang Kuat. Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menentukan
implementasi program-program pengembangan budaya sekolah. Banyak bukti
menunjukkan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan
program-program tidak terlaksana dengan baik.
8. Keputusan
Berdasarkan Konsensus. Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengembilan
keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan secara
konsensus. Meskipun hal itu tergantung pada situasi keputusan, namun pada
umumnya konsensus dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam
melaksanakan keputusan tersebut.
9. Sistem
Imbalan yang Jelas. Pengembangan budaya sekolah hendaknya disertai dengan
sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk
lainnya adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang
menunjukkan perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah.
10. Evaluasi
Diri. Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui
masalah-masalah yang dihadapi di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri.
Kepala sekolah dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi
pengembangan budaya sekolah. Halaman berikut ini dikemukakan satu contoh untuk
mengukur budaya sekolah.
Selain mengacu kepada sejumlah prinsip di atas, upaya
pengembangan budaya sekolah juga seyogyanya berpegang pada asas-asas
berikut ini:
1. Kerjasama
tim (team work). Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah
tim/kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk itu, nilai
kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang
bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimilki oleh
personil sekolah.
2. Kemampuan. Menunjuk pada
kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat kelas atau
sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan hanya
ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang
mencerminkan pribadi pendidik.
3. Keinginan. Keinginan di
sini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung
jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Semua nilai di
atas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan juga
harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan
kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang
muncul dalam diri pribadi baik sebagai kepala sekolah, guru, dan staf dalam
memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat.
4. Kegembiraan
(happiness). Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh personil
sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada
lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman,
bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil sekolah. Jika perlu dibuat
wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa yang indah,
nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik dan
dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.
5. Hormat
(respect). Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan
kepada siapa saja baik dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholderspendidikan lainnya. Keluhan-keluhan yang terjadi
karena perasaan tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan wajar akan
menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap respek dapat diungkapkan dengan cara
memberi senyuman dan sapaan kepada siapa saja yang kita temui, bisa juga dengan
memberikan hadiah yang menarik sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan
kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik. Atau mengundang secara khusus
dan menyampaikan selamat atas prestasi yang diperoleh dan sebagaianya.
6. Jujur
(honesty). Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam
lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada
orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan
pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang
obyektif. Tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu
budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa
dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian, jujur dalam mengelola
keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung
jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya sekolah yang baik.
7. Disiplin
(discipline). Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan
sanksi yang berlaku dalam lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam
asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan
kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu
sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang
harus dan tidak harus dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat
pada aturan yang ada. Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan
merupakan atribut, tidak akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung
dengan suasana atau iklim lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak
hanya berlaku pada orang tertentu saja di sekolah tetapi untuk semua personil
sekolah tidak kecuali kepala sekolah, guru dan staf.
8. Empati
(empathy). Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam
perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam
berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat memahami penyebab
dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang lain dan mampu menempatkan diri
sesuai dengan harapan orang tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah dapat
menumbuhkan budaya sekolah yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang
saling memahami.
9. Pengetahuan
dan Kesopanan. Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang
disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan
memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para
guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan
perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.
=================
Sumber adaptasi
dari: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.2007.Pengembangan Budaya dan Iklim
Pembelajaran di Sekolah (materi diklat pembinaan
kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah). Jakarta.
==========
Refleksi:
Tulisan di atas
mengisyaratkan kepada kita bahwa upaya
mengembangkan budaya sekolah merupakan hal amat penting dalam upaya
meningkatkan kinerja sekolah, baik secara personal maupun organisasional.
Selamat
membangun dan mengembangkan budaya yang efektif di sekolah Anda masing-masing!Sumber: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar